Selasa, 11 Desember 2012

Francesco Totti Eksepsional

Dengan usia telah menginjak 36 tahun, sempat muncul keraguan akan kapabilitas Francesco Totti untuk masuk dalam pola agresif 4-3-3 arahan Zdenek Zeman, yang menuntut fisik prima.Semua asumsi itu ditepis sang kapten AS Roma dengan bukti penampilan ciamik di atas lapangan. Dalam laga terakhir, Er Pupone mengemas dua gol dan terlibat dalam dua gol lainnya ketika I Lupi menghantam Fiorentina 4-2, Sabtu (9/12) lalu. Total ia telah enam kali menggetarkan jala lawan musim ini.
Soal fisik? Well, Totti tercatat sebagai pemain Roma yang paling sering turun di Serie A 2012/13 bersama gelandang Alessandro Florenzi, yang lebih muda satu setengah dekade darinya, dengan jumlah 15 pertandingan.
Eks punggawa dan pelatih Roma yang hingga kini dikenal sebagai fans berat klub, Carlo Mazzone, tanpa sungkan melempar pujian buat Er Pupone.
“Saya amat bahagia untuk Francesco,” ucap Mazzone, salah satu sosok yang berjasa memberikan kans untuk bersinar kepada Totti di awal kariernya, kepada TMW.
“Ada periode di mana ia terlihat seperti bintang yang mulai meredup, tapi dia telah membungkam semua orang. Dia eksepsional, bukan hanya sebagai pemain tapi juga sebagai pribadi. Dia persona yang fantastis dan saya gembira untuknya.”
“Kita semua harus mengakui kualitas Totti, seorang pemain penting dalam sejarah Roma dan sepakbola Italia,” tandas kakek 75 tahun ini.
Sepasang torehan ke gawang Fiorentina membuat Totti tinggal berjarak empat biji gol dengan Gunnar Nordahl di posisi kedua topscorer abadi Serie A.

Skill by Falcao


Sejarah Singkat Psikologi Olahraga


Menurut Silva III dan Weinberg (1984), salah satu studi pendahuluan dalam psikologi olahraga telah dilaku­kan oleh George W. Fitz yang menyelidiki waktu reaksi (reaction time) yang tercantum dalam “psychological Review” tahun 1895. Fitz adalah Kepala Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Latihan Fisik pada Havards Lawrence Scientific school sejak 1891 sampai 1899, dan sebagai pertanggungjawab berdirinya Laboratoriurn Pendidikan Jasmani yang pertama di Amerika Utara; telah menciptakan alat-alat untuk mengukur kecepatan dan ketepatan seseorang menyetuh obyek yang dihadapi tiba-tiba dan dalam posisi yang tidak terduga. William G.Anderson , tokoh pendidikan jasmani terkemuka dan tokoh pendiri “American Assosiation for Health, Physical Education, Recreation and Dance” selama tahun akademik 1897-1898 menyelesaikan eksperimen mengenai “Mental practice’, ‘Transfer of Training”, dan “Transfer of muscular Strength” (Ander­son, 1899).
Silva III dan Weinberg (1984) juga mengemukakan hasil studi Robert A. Cumnins (1914) seorang instruktur psikologi pada Universitas Washington yang meneliti efek latihan basket ball terhadap reaksi motorik, perhatian dan kesanggupan mengingat Norman Triplett, ahli psi­kologi dari Universitas Indians menyelenggarakan studi untuk membuktikan hubungan antara pengaruh penonton terhadap penampilan motorik. Scripture, direktur laboratorium psikologi Universitas Yale, berpendapat watak yang baik dan sifat-sifat pribadi dapat diperlihara dengan berperan serta dalam olahraga dan sifat-sifat tersebut dapat ditransfer dalam keadaan yang berbeda kehidupan seseorang.
Menurut Kroll dan Lewis, dalam tulisannya yang dihimpun oleh Straub (198Q), Coleman Robert Griffith pada tahun 1981 telah mulai mengadakan penelitian di Universitas Illinois dengan mengadakan serangkaian observasi informal mengenai faktor-faktor psikologi yang terlibat dalam olahraga bela basket dan sepak bola. Pada tahun 1925 Griffith sudah mengadakan persiapan untuk mendirikan lahoratorium psikologi olahraga. Kemudian secara resmi Griffith inenjadi Direktur dari “the Athlet­ic Research laboratory” di Universitas Illinois. Grif­fith juga disebut-sebut sebagai Bapak Psikologi Olah raga’, khususnya di Amerika.
Silva III dan Weinberg (1984) mengemukakan bahwa banyak orang berpendapat bahwa laboratorium psikologi olahraga di Amerika Utara, di Universitas Illionis, adalah laboratorium psikologi yang pertama di Amerika Utara. Laboratoriurn psikologi olahraga pertama di dunia didirikan oleh Carl Diem di “Deutsche Hochschule Fur Leibesubungen di Borlin pada tahun 1920. Di Rusia A.Z. Ouni mendirikan laboratorium psikologi olahraga di “Institut of physical Culcure” di Leningrad pada awal tahun 1925.
Sebagaimana dikemukakan oleh Kroll dan Lewis, yang dikutib oleh Straub (1980), Griffith lebih banyak mencu­rahkan perhatian untuk meneliti ketrampilan psikomotor, proses belajar, dan variabel-variabel kepribadian. Sehubungan itu Griffith mengembangkan sejumlah alat-alat tertentu, meliputi
(1)   alat pengukur waktu reaksi otot yang diberi beban
(2)   test kecerdikan dalam baseball
(3)   test ketegangan otot dan relaksasi
(4)   test untuk membedakan 4 type serial reaction times
(5)   test untuk mengukur ketenangan, koordinasi otot-otot dan kemampuan belajar.
(6)   test waktu reaksi terhadap sinar, suara dan tekanan
(7)   test untuk mengukur fleksibilitas koordinasi
(8)   test untuk mengukur kepekaan otot
(9)   test kesiapan mental yang dikembangkan khusus bagi atlit
Pada tahun 1932 Griffith meletakkan jabatan Direk­tur “Athletic Research Laboratory” karena suatu pembatalan bantuan finansial. Kemudian sebagai anggota Team Ahli Psikologi Olahraga dan perkumpulan baseball Chicago Club. Griffith menyelenggarakan bemnacam-macam test untuk meneliti kepemimpinan, latihan, kepribadian, motor learning, kemampuan (ability), pada bermacam-macam faktor psikologi sosial. Akhirnya Griffith menjadi professor dalam psikologi pendidikan, menjelang masa depannya.
Sumbangan lain dalam pertumbuhan psikologi olahraga (Silva III dan Weinberg, 1984) telah diberikan oleh John D. Lawther, profesor pendidikan jasmani di pennsylvania State Universitas, dan profesor pendidikan, Clarence Ragsdale di Universitas Wisconsin, yang mendirikan laboratorium motor learning pada tahun 1930. McCloy, dkk. di Stanford psychological laboratory telah menye­lenggerakan proyek penelitian dengan judul “Character Building  Trough Phsycal Education” pada tahun 1930. Penelitian Miles di Stanford difokuskan untuk mengukur waktu reaksi penjaga garis sepak bola. Ternyata bahwa seseorang yang cepat dalam suatu hal, seperti menggerakkan tangan atau jari, tidak berarti bahwa ia juga cepat dalam penampilan motorik yang lain.
Menurut Silva III dan Weinberg (1984) pada tahun 1935 Hen1y mengambil prakarsa mengadakan kursus di Berkeley dengan judul “Psychological Basis of Physical Activity”.  Sesudah perang dunia II , Warren R. Johnson pada tahun 1949 mengawali penelitian mengenai bermacam­-macam elemen stress dan dampaknya terhadap penampilan atlit. tujuan dari salah satu penelitian tersebut adalah membandingkan reaksi emosional sebelum bertanding pada pemain sepak bola dan pegulat. Johnson berkesimpulan bahwa emosi kuat sebagai gejala wajar rasa takut dan resah (cemas) sebelum bertanding tidak tampak sebagai faktor utama yang istimewa pada sepakbola, tetapi ada indikasi yang kuat bahwa ini merupakan sesuatu yang penting dan serius dalam gulat.
Dikemukakan pula oleh Silva III dan Weinberg (1984) beberapa penelitian sesudah perang duriia II yang dilakukan oleh beberapa ahli dari perguruan tingggi, yaitu antara lain:
Tahun 1952 John M. Harmon dari Universitas Boston, dan Johnson dari Universitas Maryland, menemukan reaksi-reaksi emosional dari atlit-atlit College; Tahun 1954 Johnson bersama Daniel H. Hutton (University of Maryland) dan Granvile B. Johnson (Emory University) meneliti sifat-sifat kepribadian dari kelompok selektif atlit-atlit yang tergolong superior;
Tahun 1955 Burris F. Husman (Maryland) menyusun disertasi mengenai agresivitas petinju dan pegulat.
Tahun 1955 Johnson bersama Doniel H. Hutton meneliti dampak olah raga perkelahian terhadap dinamika perkembangan kepribadian.
Pada sekitar tahun 1955 Franklin M. Henrry dan Celeste Ulrich mulai menganalisis pengaruh stress terhadap penampilan atlit; kemudian penelitian ini dilanjutkan para ahli psikologi olahraga yang lain. Howell (1953) meneliti pengaruh ketegangan emosional terhadap kecepatan reaksi dan gerakan; kemudian Howell meninggalkan University of British Columbia pindah ke Universitas Alberta (Canada). Howell dapat digolongkan sebagai pionir psikologi olahraga dan motor learning Canada.

Daftar Pustaka

·         Yunus,Mahmud .dan Uray Johannes.1991.Psikologi Olahraga.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Institut Kegururan dan Ilmu Pendidikan Malang Proyek Operasi dan PErawatan Fasilitas.Jakarta

Ready Potition dan Macam-macam Pegangan dalam Permainan Tenis Lapangan


Posisi Siap (Ready Potition)
Posisi siap melibatkan penanganan raket dan pengetahuan akan lapangan. Ini adalah salah satu dari beberapa petujuk yang selalu didengar oleh pemula dari pelatihnya.posisi siap berarti menghadap net , memutuskan bagaimanamemegang raket, menekukkan lutut, dan tubuh dibungkukkan ke depan.Jika anda pada posisi sisap, anda harus selalu memperhatikan bola yang selalu dipukul oleh lawan dan menunggu bola tersebut melintasi net ke lapangan anda.
Hampir semua  pukulan dilakukan sambil berlari atau ansa sedang berlari mengambil posisi siap,yang belakangan ini sangat diannjurkan.Pertama lari,kedua kokohan kaki danketiga pukul.Cobalah untuk memukul setiap groundstroke(pukulan pada bola setelah terpantul)dengan posisi badan yang sama.Salah satu cara agar bisa begitu adalah dengan menggunakan suffle (bergerak bolak-balik dengan kaki agak terseret), menggeser kaki secara bergantian ke arah yang dituju.
Jika anda sedang terburu-buru, cukup dengan berbalik dengan bertumpu pada satu kaki, kemudian kaki anda menjadi tumpuan mendorong tubuh ke depan. Dalam kasus lain,ketika anda mengejar bola, jejakan kaki belakang anda (kaki yang pling jauh dari net),dan melangkah ke arah yang akan dipukul dengan kaki yang lain.
Berikut adalah beberapa cara melakukan redy potition
·         Pegangan forehand atau backhand
·         Raket dan tubuh condong ke depan
·         Tangan satunya menopang raket
·         Lutut sedikit ditekuk
Shuffle(Menyeret kaki)
·         Lakukan Suflle untuk pukulan jarak dekat.
Cross-Step (Langkah Menyilang)
·         Lakukan Cross step, Berlari untuk pukulan yang lebih jauh
·         Jejakkan kaki yang belakang
·         Berputar ke depan
Macam-macam pegangan dalam tenis lapangan

1. Forehand (Continental grip) 
Grip ini merupakan grip klasik yang selalu digunakan oleh pemain-pemain tenis jaman dahulu ketika raket kayu masih digunakan. Posisi tangan berada tepat di atas gagang raket dan posisi pangkal telunjuk berada di sudut 1 (untuk pemain tangan kanan) atau sudut 4 (untuk pemain kidal). Pemain pro modern yang tercatat masih menggunakan tipe ini adalah Stefan Edberg dan sebelumnya adalah John McEnroe. Grip ini sangat baik digunakan di permukaan lapangan yang cepat, seperti rumput, dan digunakan oleh pemain dengan tipe permainan ‘Service Volley’. Saat ini tidak banyak yang menggunakan tipe continental sebagai pegangan forehand utamanya karena tempo permainan yang semakin cepat dengan bola yang semakin berputar (spin).
Minus grip ini adalah hanya bisa dipakai untuk pukulan mendatar (flat) dan mengiris (slice), sedangkan untuk pukulan spin agak sulit. Pemain yang memakai grip ini juga seringkali kesulitan menghadapi bola-bola top spin yang bersifat agak melambung parabolik. Akan tetapi, grip continental merupakan grip standar untuk melakukan service dan juga untuk pukulan volley serta overhead karena tangan mantap mencengkeram gagang raket.
 2. Forehand (Eastern grip)
Eastern merupakan grip yang paling mudah diaplikasikan petenis pemula. Grip ini seringkali disebut sebagai ‘pegangan berjabat tangan’. Anda dapat mencobanya dengan memulai pegangan dari leher raket, seperti menjabat tangan, lalu turun ke ujung gagang raket. Posisi dari pangkal telunjuk cenderung berada pada sisi kanan (untuk pemain tangan kanan) atau sisi kiri (untuk pemain kidal)
Pegangan jenis ini dapat memberikan variasi pukulan yang lengkap, baik itu flat, slice, maupun spin. Pilihan grip ini cocok sekali bagi pemain yang sering mengandalkan permainan volley ke depan net karena anda dapat dengan mudah dan cepat menyesuaikan grip untuk pukulan volley ke depan net. Namun minus pegangan ini sekali lagi agak susah untuk menghadapi bola-bola topspin yang bersifat parabolik.
Salah satu pemain pro yang merajai tenis di tahun 90′an, yaitu Pete Sampras, memakai grip ini sebagai pilihannya karena dia merupakan tipikal pemain Service Volley yang sangat nyaman memakai grip ini.
3. Forehand (Semi-Western grip)                                       
Grip jenis ini adalah grip yang paling banyak dipakai oleh pemain tenis modern, terutama yang memiliki tipe permainan baseliner (termasuk saya sendiri).
Anda dapat mencoba grip ini dengan menempatkan pangkal jari telunjuk anda di sudut 2 (untuk pemain tangan kanan) atau 3 (untuk pemain kidal). Atau bisa juga berawal dari grip eastern kemudian tangan anda diputar searah jarum jam satu sudut ke sudut 2 atau 3.
Keunggulan dari grip ini adalah anda dapat memukul spin dengan baik sehingga kemungkinan bola untuk melewati net lebih besar karena sifatnya yang parabolik. Grip ini juga dapat dipakai untuk memukul flat tetapi tidak direkomendasikan untuk memukul slice. Minus dari grip ini adalah sulit untuk mengantisipasi bola-bola rendah yang dihasilkan dari pukulan flat atau slice terutama di lapangan cepat (grass atau hard court).
Beberapa contoh pemain pro yang menggunakan grip ini adalah : Andre Agassi, Roger Federer, Marat Safin.
4. Forehand (Western grip )
Grip jenis ini merupakan grip yang ekstrim digunakan terutama untuk memproduksi pukulan topspin. Pemain spesialis lapangan tanah liat (clay) umumnya menggunakan grip jenis ini, juga banyak pemain modern saat ini.
Saya sering menyebut grip ini sebagai ‘pegangan wajan’ karena cara memegang raket ini seperti saat kita

Sejarah Futsal


Asal Sejarah Futsal

Futsal adalah singkatan dari futbol (sepak bola) dan sala (ruangan) dari bahasa Spanyol atau futebol (Portugal/Brasil) dan salon (Prancis). Olahraga ini membentuk seorang pemain agar selalu siap menerima dan mengumpan bola dengan cepat dalam tekanan pemain lawan. Dengan ukuran lapangan yang relatif sempit, permainan ini menuntut teknik penguasaan bola yang tinggi, kekompakan tim, dan kerja sama antarpemain. Asal awalnya futsal muncul pada era tahun 1930-an di Montevideo, Uruguay, dan diperkenalkan oleh seorang pelatih sepak bola bernama Juan Carlos Ceriani. Awalnya, yang hanya ingin memindahkan latihan ke dalam ruangan karena kecewa atas kondisi lapangan yang licin setelah di guyur hujan. Ternyata, latihan di dalam ruangan ini sangat efektif dan Dia lantas mencetuskan permainan sepak bola ruangan dengan lima lawan lima pemain.
Dengan asumsi untuk meningkatkan keterampilan dalam bermain sepak bola, futsal berkembang pesat di Brasil dan terus menyebar keseluruh dunia. Bahkan menembus ke daratan Benua Eropa, Amerika Serikat, Afrika, Asia, dan Oseania.
Kompetisi internasional futsal di gelar kali pertamanya pada tahun 1965.Dan kejutan terjadi dimana Paraguay sukses menjadi juara piala Amerika Serikat, berikutnya sampai tahun 1979, Brasil mendominasi dan meraih enam trofi juara berturut-turut sampai piala Pan Amerika untuk kali pertama di tahun 1980 dan 1984.
Kejuaraan futsal dunia pertama kali diprakarsai Federasi Futsal AS (FIFUSA) pada 1982 di Sao Paolo, Brasil. Tuan rumah Brasil tampil sebagai juara.Dan event tiga tahunan ini juga di gelar di Eropa, yakni di Spanyol tahun 1985. Kembali Brasil menjadi juara, tetapi dikandaskan Paraguay pada event berikutnya di Australia tahun 1988.
Langkah ke FIFA
Kompetisi futsal semakin terorganisir dan merata di seluruh dunia. Pada 1989, FIFA secara resmi mengakui futsal sebagai bagian cabang sepak bola. FIFA langsung mengambil alih penyelenggaraan kejuaraan dunia futsal. Dua edisi Piala Dunia Futsal FIFA yang digelar tiga tahunan terlaksana dengan baik di Belanda pada tahun 1989 dan Hongkong pada 1992, dan Brasil tampil sebagai juara.
Dengan pertimbangan waktu, FIFA mengubah event futsal ini menjadi empat tahunan. Dan Spanyol dipercaya untuk menjadi tuan rumah pada tahun 1996, dan trofi juara disabet kembali oleh Brasil. Namun, Spanyol menggusur dominasi Brasil dengan memenanginya dua kali berturut-turut di Guatemala (2000) dan Taiwan (2004).
Sumber: http://futsal-train.blogspot.com/2009/02/asal-awalnya-futsal.html

Senin, 03 Desember 2012

Analisis Biomekanika Gerakan Dorongan Bola (Push) Dalam Melakukan Penalty Stroke


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Hoki adalah salah satu cabang olahraga permainan yang dimainkan secara beregu, dimana setiap pemain menggunakan alat yang di sebut stik untuk menahan, membawa dan memukul bola sesuai dengan peraturan permainan yang tetlah ditetapkan, olahraga ini dimainkan oleh dua regu yang berusaha memasukkan bola kegawang lawan. Olahraga hoki dapat dimainkan dalam ruangan (indoor) dan dilapangan terbuka (out field). Dalam permainan holi ruangan mempunyai peraturan tersendiri atau khusus yang sebagian tidak sama dengan permainan hoki nlapangan. Perbedaan permainan tersebut dapat dilihat dari jumlah pemain dari tiap tim yang bertanding, dalam hoki ruangan tiap tim terdiri dari 12 pemain, 6 pemain inti dan 6 pemain cadangan, sedangkan dalam hoki lapangan terbukatiap tim terdiri dari dari 16 pemain, 11 pemain inti dan 5 pemain cadangan. Waktu permainan dalam hoki lapangan terbuka yaitu 2 x 35 menit untuk putra dan 2 x 20 menit untuk putrid dengan waktu istirtahat 15 menit. Dalam hoki ruangan waktu permainan 2 x 15 menit dan waktu istirahat 5 menit. Dalam hoki ruangan tidak boleh memukul bola (hit) dan menghentakan bola (tapping).
Dalam perkembangannya saat ini seiring dengan adanya usaha pemasalan cabang olah raga hoki dikalangan pelajar menuntut adanya usaha yang lebih keras dari para pelatih dan guru yang memiliki tanggung jawab secara langsung untuk mengajarkan dan melatih dalam meningkatkan keterampilan dasar dan lanjutan kepada para pemain atau siswa nya yang berminat dalam menekuni cabang olahragha hoki . Dalam setiap pertandingan hoki tingkat pelajar ada beberapa catatan yang menjadi perhatian penulis yang bersifat mendasar, dimana setiap tim tidak dapat bermain secara maksimal, diantaranya adalah kulitas individu yang kurang dalam penguasaan keterampilan dasar, hal ini mengakibatkan banyaknya kesalahan-kesalahan yang seharusnya tidak perlu terjadi namun dilakukan oleh para pemain sehingga berdampak pada kurang efektifnya setiap tim dalam melakukan penguasaan bola baik dalam melakukan serangan maupun dalam melakukan pertahanan. Terlebih lagi kurangnya penguasaan teknik dasar membuat hilangnya peluang yang ada dalam menciptakan poin (gol) kegawang lawan, walaupun sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi bila penguasaan teknik dasar sudah mereka kuasai. Contoh yang sederhana dan sering terjadi adalah hilangnya kesempatan mendapatkan point dari tembakan penalti., walaupun hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang ada pada diri pemain baik kualitas secara teknis maupun psikologis, namun dari analisa secara sederhana dapat terlihat kegagalan yang terjadi banyak disebabkan kurangnya penguasaan teknik dasar mendorong bola push yang dimiliki oleh pemain sehingga dengan mudah tembakan dapat digagalkan oleh penjaga gawang atau yang lebih sederhana lagi karena kesalahan teknis dalam melakukan dorongan bola push yang tidak sesuai dengan peraturan yang ada maka tembakan dianulir oleh wasit dan dianggap tidak syah. Kurangnya kecepatan, kekuatan, koordinasi gerakan, akurasi tembakan dan tidak tepatnya perkenaan antara stik dengan bola merupakan berapa faktor penting yang secara teknis menyebabkan kegagalan dalam melakukan penalty stroke dalam hoki. Ini hanya satu dari beberapa kelemahan penguasaan teknik dasar yang ada dalam permainan hoki khususnya dikalangan pelajar. Kemampuan pelatih dan guru dalam menganalisa setiap gerakan yang dilakukan oleh para pemainatau siswa dalam suatu sesi latihan dan pertandingan merupakan suatu keharusan, yang nantinya dapat memberikan masukan yang positif dalam setiap evaluasi sehingga dapat memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh pemain atau siswa dan secara bertahap meningkatkan keterampilan dasar yang dibutuhkan oleh para pemain dan siswa dalam menghadapai sesi latihan dan pertandingan selanjutnya.
 Dalam menjalankan tugas yang satu ini setiap pelatih atau guru pendidikan jasmani harus memiliki penetahuan tentang Biomekanik, hal ini diperlukan karena seiap gerakan yang diamati memerlukan pemahaman dasar tentang mekanika oalahragasehingga mampu membedakan gerakan yang benar dan yang salah, gerakan yang efisien maupun yang tidak dan gerakan yang efektif maupun yang tidak sehingga seorang pelatih dan guru pendidikan jasmani akan mampu menciptakan metode latihan atau pengajaran yang tepat dalam membentuk dan meningkatkan setiap keterampilan dasar maupun lanjutan yang dibutuhkan oleh pemain dan siswanya baik keterampilan untuk setiap individu maupun peningkatan keterampilan secara tim dalam setiap cabang olahraga yang ditekuni tidak terkecuali cabang olahraga hoki.

B.     Rumusan Masalah
 Kebutuhan akan penguasaan pemahaman mendasar tentang pengetahuan Biomekanika untuk seorang pelatih dan guru pendidikan jasmani dalam menganalisa setiap teknik dasar khususnya dalam melakukan tembakan penalti (penalty stroke) para pemain atau siswanya guna memperbaiki dan megkatkan kualitas gerakannya.
C.    Tujuan
 Penulis dapat membuat suatu analisa gerak yang sesuai dengan ilmu biomekanika dan dapat menerapkan dalam proses latihan maupun pengajaran dengan benar.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakekat Biomekanika
Pate dkk (1984:2) mengemukakan bahwa; ”mekanika adalah suatu subdisiplin ilmu yang berhubungan dengan aplikasi dari prinsip-prinsip ilmu fisika yang mempelajari gerak pada setiap bagian dari tubuh manusia”. Menurut Hay (1985:2), Biomekanika adalah ilmu yang mempelajari mengenai gaya-gaya internal dan eksternal dan bekerja pada tubuh manusia dan akibat – akibat dari gaya-gaya yang dihasilkan. Adapun menurut Herbert, Hatze dalam M.Mc Ginnis, Peter (2005 : 3) bahwasanya biomekanika adalah bidang ilmu mengenai struktur dan sistem biologi dalam pengartian metode mekanika.
Mekanika adalah salah satu cabang ilmu dari bidang ilmu fisika yang mempelajari gerakan dan perubahan bentuk suatu materi yang diakibatkan oleh gangguan mekanik yang disebut gaya. Mekanika adalah cabang ilmu yang tertua dari semua cabang ilmu dalam fisika. Biomekanika didefinisikan sebagai bidang ilmu aplikasi mekanika pada sistem biologi. Biomekanika merupakan kombinasi antara disiplin ilmu mekanika terapan dan ilmu-ilmu biologi dan fisiologi. Biomekanika menyangkut tubuh manusia dan hampir semua tubuh mahluk hidup. Dalam biomekanika prinsip-prinsip mekanika dipakai dalam penyusunan konsep, analisis, disain dan pengembangan peralatan dan sistem dalam biologi dan kedoteran (Biomekanika_teaching.htm, 2008 : 1).
Biomekanika dalam dunia olahraga merupakan suatu penerapan prinsip-prinsip dasar gerak yang menentukan gerakan seorang dalam berbagai cabang olahraga. Dengan pemahan mendasar tentang biomekanika maka seseorang dalam melakukan gerakan yang berhubungan dengan keterampilannya dapat melakukan tahapan yang seharusnya dengan mncapai hasil yang yang maksimal. Suatu hasil ditentukan dari pelaksanaan proses gerakan yang baik, tentunya yang ditunjang dengan prinsip-prinsip dasar gerak yang baik. Pemahaman yang baik tentang biomekanika akan memberikan pengetahuan apa yang harus dilakukan dan yang tidak harus dilakukan oleh seorang atlit dalam menghasilkan suatu gerakan yang maksimal. Apapun yang dilakukan oleh seorang atlit dalam melakukan gerakan maka akan berdampak pada kualitas gerakan yang dihasilkan, dan hal ini akan dapat dianalisa dengan jelas melalui ilmu biomekanika.
Dalam bidang olahraga, yang tujuannya adalah pencapaian prestasi yang setingi-tingginya, mutlak perlunya penerapan ilmu dan teknologi apa yang mereka perlukan sebenarnya tidak lain adalah pengetahuan tentang bagaimana menganalisis gerakan keterampilan (Soedarminto, 1992 : 162). Hal ini sangat didukung oleh pernyataan Pate dkk (1984 : 2), bahwa biomekanika olahraga memberikan penjelasan mengenai pola – pola gerakan yang efisien dan efektif para olahragawan, misalnya para ahli biomekanika telah menggunakan fotografi berkecepatan tinggi untuk mempelajari pola – pola gerakan pitcher baseball yang berhasil. Hasil penelitian semacam itu memberikan informasi yang dapat digunakan untuk menyempurnakan teknik olahragawan mereka.
Biomekanika adalah ilmu pengetahuan yang menerapkan hukum-hukum mekanika terhadap struktur hidup, terutama system lokomotor dari tubuh (lokomotor adalah kegiatan seluruh tubuh bergerak karena tenaganya sendiri dan umumnya dibantu oleh gaya beratnya).
Dalam olahraga prinsip-prinsip mekanika tidak lebih dari aturan-aturan dasar tentang mekanika dan fisika yang menentukan gerakan seorang atlit maupun siswa dalam melakuikan suatu keterampilan tertentu. Dengan demikian maka pemahaman yang baik tentang biomekanika oleh seorang pelatih maupun guru sangat membantu dalam merancang isi suatu program latihan atau pengajaran yang bertujuan dalam pembentukan serta peningkatan ketrampilan tertentu dalam berbagai cabang olahraga, pemahaman ini juga sangat dibutuhkan selanjutnya dalam menganalisa suatu penampilan gerakan yang dapat memberikan informasi yang positif dalam memperbaiki suatu kesalahan yang ditampilkan.


B.      Teknik Dasar Dorongan Bola (push) dalam Melakukan Penalty Stroke
Penalty stroke adalah satu tembakan bebas yang dilakukan dengan satu dorongan jarak push atau menyentrik bola flick pada suatu titik dari depan gawang dengan jarak 6.5 m dari garis tengah gawang, sebagai hukuman dari pelanggaran keras yang dilakukan didalam daerah setengah lingkaran oleh pemain bertahan terhadap pemain penyerang lawan. Pemain yang melakukan tembakan penalti hanya diijinkan melakukan satu langkah dan mengangkat bola, hanya dengan satu kali sentuhan. Teknik dasar yang biasa digunakan oleh para pemain dalam melakukan tembakan penalti adalah push atau flick.
Push adalah salah satu teknik dasar dalam hoki yang biasa digunakan dalam melakukan operan bola (passing), namun teknik ini dapat digunakan dalam melakukan tembakan (shooting) terutama di dalam daerah setengah lingkaran saat permainan berlangsung atau pada saat melakukan tembakan penalti tentunya dengan kecepatan yang tinggi dan akurasi penempatan bola yang tepat pada tempat yang sulit dijangkau penjaga gawang. Saat melakukan gerakan push tangan harus menggenggam stik dengan nyaman , tangan kiri berada di atas pada puncak stik, sedangkan tangan kanan berada dibawahnya dengan jarak kira-kira sepertiga sampai dengan setengah dari panjang stik normal. Posisi tangan kanan yang diturunkan dimaksudkan untuk memberikan kontrol yang lebih besar.
Genggaman tangan pada stik harus kuat, tubuh dalam posisi membungkuk dengan menekuk kedua lutut. Kaki sebelah kiri dan bahu harus menunjukan pada arah jalannya bola. Posisi stik harus dipertahankan sampai selesai melakukan dorongan terhadap bola sampai mencapai sasaran yang diinginkan atau sejalan dengan alur dari bola. Koordinasi gerakan dilakukan dalam waktu yang bersamaan setelah ada aba-aba dari wasit, Berat badan dipindahkan dari tumpuan awal pada kaki kanan ke kaki kiri dengan melangkahkan kaki kiri pada saat gerakan mulai dilakukan. Dorongan bola dilakukan dengan kekuatan maksimal untuk memperoleh kecepatan yang tinggi, ketepatan sasaran dilakukan dengan fokus pada sasaran untuk memperoleh akurasi yang tinggi pada daerah yang sulit dijangkau penjaga gawang lawan.


C.    Gerakan Dorongan Bola (push) dalam Melakukan Penalty Stroke

1. Awalan
            Awalan dilakukan dengan berdiri tegak menggunakan tumpuan kedua kaki rapat dengan posisi kedua lutut ditekuk, posisi tubuh bungkuk, bahu kiri searah dengan alur jalannya bola, pandangan fokus di arahkan pada sudut sasaran tembak, genggaman kedua tangan pada stik dilakukan dengan kuat dan relak, jarak antara bola dengan posisi awal tumpuan kira-kira satu stik.

2. Gerakan
            Gerakan push dalam penalty stroke dimulai dengan melakukan koordinasi gerakan secara bersamaan yaitu dengan melangkahkan kaki kiri menyamping, kedua tangan mendorong stik sampai menempel dengan bola. Bersamaan dengan kaki menapak pada lapangan kedua tangan mendorong bola dengan kekuatan sebesar-besarnya dan kecepatan yang tinggi.
3. Gerakan Akhir
            Dorongan kedua tangan dilakukan sampai posisi tangan kanan lurus di depan sejajar dengan bahu dan posisi tubuh condong ke depan sehingga posisinya labil dengan berat badan bertuimpu pada kaki kiri dan pandangan lurus ke depan.
4. Gerakan Lanjutan (Follow through)
            Dalam waktu yang bersamaan kaki kanan melangkah ke depan dan diposisikan disamping kaki kiri untuk memperoleh keseimbangan, kedua tangan mengayunkan stik ke arah belakang.memindahkan kembali berat badan pada kedua kaki sebagai tumpuan dengan
posisi lutut lurus dan badan diangkat hingga posisi tegak serta kedua
tangan mengayun stik kebelakang
D.    Analisis Biomekanika
            Gerakan-gerakan yang terjadi pada saat melakukan tembakan penalti dengan menggunakan dorongan bola (push) adalah sebagai berikut :
1. Forces
            Forces atau tenaga adalah penyebab terjadinya kecepatan. Dalam gerakan push diatas, forces terjadi saat gerakan dimulai dengan melangkahkan kaki kiri bersamaan dengan itu kedua tangan mendorong bola kearah gawang untuk mendapatkan kecepatan yang tinggi.
2. Friction
            Friction adalah: perubahan kecepatan benda karena kontak dengan permukaan benda lain. Pada saat push dilakukan friction terjadi saat kaki kiri dilangkahkan sebagai awalan dan stick menyentuh bola lalu didorong kearah gawang.
3. General Motion
            General Motion pada gerakan push bola keterjadi ketika stik mulai diayunkan kedepan hingga lurus untuk mendorong bola.
4. Speed
            Speed adalah kecepatan yang berkaitan dengan gerakan yang dilakukan, saat melakukan gerakan push bola dalam penalty stroke kecepatan gerakan terjadi secara bersamaan mulai dari awalan hingga gerakan akhir yang diharapkan berdampak pada kecepatan tinggi bola yang dihasilkan dari dorongan tersebut.
5. Velocy
            Velocy adalah kecepatan yang berkaitan dengan garak lurus. Hal ini terjadi pada saat gerakan awalan mendorong bola hingga akhir gerakan push dengan kedua tangan lurus ke depan.
6. Acceleration
            Acceleration adalah poerubahan kecepatan dalam satu satuan waktu. Pada gerakan push terjadi ketika dari posisi awal dngan kedua kaki lalu secara bersamaan melakukan gerakan dengan cepat mendorong bola ke arah gawang.
7. Hukuim Newton I (low of inercia)
           
Hukum I Newton berbunyi ”Bila resultan gaya yang bekerja pada benda nol atau tidak ada gaya yang bekerja pada benda, benda itu diam (tidak bergerak) atau akan bergerak lurus beraturan”. Resultan gaya adalah jumlah gaya yang bekerja pada benda (Putut, 1998: 26). Gaya resistance juga terjadi ketika langkah akan melakukan gerak serang dalam anggar untuk melakukan lontaran ke depan. Saat Penalty stroke dilakukan hukum Newton berlaku ketika bola yang awalnya berada dalam suatu titik tertentu kemudian bergerak setelah didorong dengan menggunakan stik ke arah gawang.
8. Hukum Newton II
            Hukum Newton II: sebuah besaran dan arah perubahan gerak/ percepatan benda sebanding dengan besarnya tenaga yang bekerja pada benda tersebut. Hukum Newton II terjadi pada saat push bola, yaitu kecepatann bola pada saat push dilakukan tergantung dari besarnya kekuatan yang diberikan oleh pemain yang melakukan gerakan push dalam penalty stroke tersebut.
9. Power
            Power dalam push bola terjadi ketika dorongan maksimal oleh kedua tangan melalui stik kepada bola yang diarahkan ke gawang dilakukan.
10. Stability
            Keseimbangan terjadi pada gerakan push bola saat melakukan penalty stroke yaitu saat mengambil posisi awal dengan bertumpu dengan kedua kaki rapat untuk bersiap melakukan dorongan bola setelah ada aba-aba dari wasit dan pada saat setelah gerakan akhir atau gerak lanjutan dengan melangkahkan kaki ke depan agar yang tadinya saat mendorong bola labil menjadi stabil kembali dengan bertumpu dengan kedua kaki diakhir gerakan.
11. Impact
            Momentum sebuah benda membentur benda yang lain, benturan atau tabrakan ini disebut dengan impact. Impact yang terjadi saat melakukan dorongan bola pada penalty stroke adalah ketika stik yang digerakkan mendorong bola yang berada dalam keadaan diam di titik 6.5m di depan gawang.
12. Aspek-aspek yang juga terkait dalam gerakan push saat penalty stroke dilakukan adalah: kesiapan mental, kondisi fisik, koordinasi gerak, ketepatan atau accuration.

BAB III
PENUTUP


A. KESIMPULAN
            Setiap keterampilan dari cabang olahraga yang dilakukan akan menghasilkan sesuatu yang membutuhkan analisis lebih lanjut guna mendapatkan informasi yang akurat mengenai hal-hal yang membutuhkan perbaikan. Dengan adanya analisis yang akurat akan menggambarkan penampilan yang sesungguhnya sehingga kelebihan dan kekurangan yang ada dapat diketahui, hal ini tetunya harus didasarkan dengan pemahaman tentang dasar-dasar biomekanika yang baik. Analisis biomekanika dapat memberikan informasi yang sangat berharga sehingga dapat dijadikan bahan untuk membentuk suatu pola gerak yang seefisien mungkin dan menghasilkan gerakan yang efektif. Khususnya dalam membentuk pola gerak dasar push dalam penalty stroke, dengan adanya analisis biomekanika dapat memberikan informasi yang dibutuhkan untuk membentuk pola gerak yang efisien dan efektif bagi para siswa dalam melakukan gerakan nya sehingga meminimalisir kesalahan yang menimbulkan kegagalan dalam melakukan penalty stroke yang terjadi pada setiap pertandingan.
B. SARAN
            Setelah mempelajari biomekanika dengan secara langsung untuk mencoba mengadakan analisa gerak terhadap keterampilan melakukan tembakan penalti (penalty stroke) dengan dorongan bola (push) dalam permainan hoki , penulis merasa banyak mendapatkan pengalaman yang positif dan tentunya sangat bermanfaat terutama bila hal ini dapat diterapkan dengan baik dalam proses pembelajaran dan pelatihan. Penulis menyarankan kepada rekan-rekan mahasiswa maupun guru-guru prndidikan jasmani dan para pelatih untuk terus mencoba mendalami ilmu biomekanika agar dapat membantu dalam membuat isi program latihan yang baik selanjutnya menerapkan konsep dasar gerak yang benar dan juga melakukan analisis gerak dengan dasar mekanika gerak yang benar yang


DAFTAR PUSTAKA
Carl Ward, 2004. Play The Game Hockey.London. Blanford
Peter M. Mc Ginnis, 2005. Biomechanics Of Sport and Exercise. United States Of America. Edward Brother. Inc
Http://www.Biomekanika teaching_files\teaching.htm.(Senin, 3-11-2012:10.20WIBB)
James. G. Hay (1985), The Biomechanic of Sport Techniques, Prentice Hall Englewood Cliffs, New Jersey.
Sodarminto. (1992). Kinesiologi. Jakarta; DEPDIKBUD DIRJEN DIKTI.
Bartlet, Roger. (2007). Introduction to Sports Biomechanics (Analysing Human Movement Patterns)
Marhento,Putut. (2000). Majalah Ilmiah Olahraga. Yogyakarta : MAJORA Volume 6 Edisi April 2000.