Selasa, 27 November 2012

Lempar cakram

 

BAB II
KAJIAN PUSTAKA


            Dalam bab ini akan dikemukakan tentang teori-teori yang dapat memberikan gambaran terhadap variabel-variabel yang diteliti. Oleh karena itu, dalam uraian berikut akan diungkapkan tentang atletik, teknik melempar cakram, media simpai, dan metode bermain.


A.    Pendidikan Jasmani
Menurut Winarno (2006: 82). Pendidikan jasmani adalah pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani sebagai media dalam mencapai tujuan, sehingga guru penjas harus menempatkan siswa sebagai subyek pelaku kegiatan bukan sebagai objek pembalajaran. Sedangkan menurut Roji (2006:05) “Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan membiasakan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Materi pendidikan jasmani dijabarkan melalui pembelajaran dasar gerak-gerak olahraga, sementara materi kesehatan dijabarkan melalui uraian singkat mengenai pentingnya melakukan pola hidup sehat”. Menurut Abdullah & Agus (1994:3) “Pendidikan jasmani adalah pendidikan dari jasmani dan perlu diberikan di lembaga pendidikan karena aktivitas jasmani yang berbentuk latihan memberikan manfaat bagi peserta didik dalam bentuk kesegaran jasmani dan pemeliharaan kesehatan”.  Jadi dapat dikatakan bahwa satu satunya tujuan dari pendidikan jasmani adalah memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan.

B.       Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Menurut Dimyanti (2006:297) “Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyedian sumber belajar”. Sedangkan menurut Menurut Wikipedia (2011 : http://id.wikipedia.org) “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.
Menurut Widijoto (2010:1)
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari system pendidikan secara keseluruhan,bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Menurut Mu’arifin (2001 : 55) “ Pembelajaran Dikjas bukan sesuatu yang asing bagi diri siswa, sebagaiman aktivitas gerak yang dilakukan dalam kesehariannya, yang merupakan perwujudan dari karakteristik mendasar dirinya, yaitu dinamis, aktif dan adaptif”. Muarifin juga menjelaskan bahwa seyogyanya Pendidikan Jasmani disikapi secara positif oleh siswa. Tetapi pada kenyataannya tidak demikian. Banyak faktor yang menyebabkan keberagaman sikap siswa terhadap pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.  Faktor-faktor itu dapat dilacak dari model-model pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:512) “Suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang di desain secara sistematik untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, yang akan baik pelakasanaannya aapabila didukung dengan pengetahuan tentang cara melakukannya, perilaku hidup sehat, aktif, akan mengembangkan sikap jujur, disiplin, percaya diri, tangguh, pengendalian emosi serta kerja sama saling menolong.
Dalam pembelajaran pendidikan jasmani terdapat tujuannya  yaitu:
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:512).
(1)      mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih, (2) meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, (3) meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar, (4) meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, (5) mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis, (6) mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri, orang lain dan lingkunga, (7) memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbahan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memili sikap yang positif.


Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pendidikan jasmani adalah proses interaksi antara guru pendidikan jasmani dengan  sumber belajar yang terjadi pada lingkungan belajar dengan salah satu tujuannya adalah mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.


C.  Karakteristik Anak SMP
Masa remaja awal adalah periode kegelisaha atau ketiksamaan. Pada usia ini siswa siswa berada pada masa perkembangan bukan anak-anak ataupun orang dewasa (Annarino. 1980:175).
 Annarino (1980:176) Karakteristik usia (kelas 7 dan 8) dibagi menjadi 3 fisiologis, psikologis, sosiologis.
Karakteristik fisiologis: (1) kebutuhan istirahat sam dengan orang dewasa (8 sampai 8 ½ jam), (2) merasakan perlawanan yang tak terbatas dan sumber energi yang tak terbatas; mudah lelah tetapi enggan mengakuinya, (3) cenderung menolak untuk mendapatkan waktu yang tidak mencukupi; kurang energi untuk belajar, (4) periode pertumbuhan dan perkembangan yang cepat, pemeriksaan kesehatan berkala adalah penting, (5) meningkatkan dalam hal nafsu makan karena pertumbuhan yang cepat karena kehilangan nafsu makan, (6) Tekanan seksual meningkat, (7) kecanggungan dan kondisi yang kurang baik sering kali muncul, (8) anak laki-laki sekarang menjadi lebih cepat dan lebih kuat daripada anak perempuan, anak perempuan menjadi lebih matangsecara seksual, (9) kesiapan untuk keterampilan olahraga, karakteristik Psikologis: (1) keinginan yang kuat untuk belajar belajar keterampilan, (2) mencurahkan energi pada fantasi, (3) kesadaran seks, (4) ketertarikan pada mata pelajaran teknik dan alat, (5) pemikiran abstrak berkembang lebih capat, (6) jangkauan perhatian meningkat, (7) keingintahuan dan perhatian tentang semua yang terjadi dan seringkali cemas atas beberapa persoalan kecil, (8) imitasi orang dewasa adalah hal lazim, (9) menikmati praktik untuk perbaikan, Karakteristik Sosiologis: (1) kepahlawanan dan kecanduan ibadal adalah hal lazim, (2) keinginan untuk menjadi bagian suatu kelompok, (3) mengakui moral dan etika, (4) keinginan untuk petualangan dan kegembiraan, (5) emosi mudah naik dan menghilang, (6) keinginan kuat untuk status kelompok, (7) perkembangan persahabatan permanen (8) keinginan untuk menjadi temnan sekelasnya, (9) sering kali malu, sadar diri, dan kurang percaya diri, (10) sikap menutup diri masih muncul, (11) menentang otoritas, (12) tertarik untuk didekati, (13) keranjingan pada lawan jenis atau sesame jenis, (14) cenderung sesuai mood, labil, dan kurang istirahat.

Adolesensi atau masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa ini berlangsung antara usia 8 sampai 12 tahun. Adolesensidimulai dengan percepatan rata-rata pertumbuhan sebelum mencapai kematangan seksual, kemudian timbul fase perlambatan, dan berhenti setelah tidak terjadi pertumbuhan lagi, yaitu setelah mencapai masa dewasa. Perubahan fisik selama adolesensi menunjukkan beberapa indikasi indikasi terutama bervariasi pada sumbu kegemukan dan kekurusan. Anak laki-laki meningkat ke arah bentuk ramping dan berotot terutama pada anggota badan, sedangkan anak perempuan meningkat kea rah keduanya (Sugiyanto & Sudjarwo. 1991:137).
Potensi keterampilan gerak anak adolesensi (Sugiyanto & Sudjarwo, 1991:137) sebagai berikut, (1) anak-anak masa adolesensi yang memiliki gerakan-gerakan yang baik, mereka telah memiliki pengalaman keterampilan gerak dasar utama di masa kanak-kanak, (2) anak-anak adolesensi berpengalaman dalam penggunaan waktu dalam belajar penampilan gerak secara efisien, (3) anak laki-laki maupun perempuan masa adolesensi memiliki kecakapan dalam berbagai kegiatan fisik, (4) pada masa adolesensi ini anak-anak memiliki pengembangan gerak dengan variasi yang luas.
Masa adolesensi adalah masa yang tepat bagi anak untuk belajar keterampilan dan pengembangan banyak bidang secara menyeluruh. (Sugiyanto & Sudjarwo, 1991:138).


D.      Pembelajaran Lempar Cakram
Materi pembelajaran lempar cakram disetiap jenjang pendidikan selalu muncul. Mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Materi yang di berikan disetiap jenjang berbeda, di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) khususnya kelas VIII diajarkan materi lempar cakram. Hal tersebut berlaku pula pada  SMP Negeri 2 Pare, materi lempar cakram  diberikan di kelas VIII semester 2.
Lempar cakram merupakan teknik lempar yang memerlukan rotasi badan dan kaki, (Suherman 2001:19). Olahraga lempar cakram adalah olahraga yang menggunakan suatu alat yang disebut cakram. Cakram terbuat dari bahan kayu atau bahan lain yang sesuai, pinggiran atau tepi cakram dilindungi metal atau besi yang dibuat melingkar (Suherman 2001:245).
Adapun cara memegang cakram adalah dengan membuka telapak tangan dan jari tangan, cakram diletakkan di tengah dan tekan oleh satu ruas jari. Untuk berat dan diameter cakram antara putra dan putri berbeda. Putra berat cakram 2 kg dengan diameter cakram 219-221 mm, sedangkan untuk putri berat cakram 1 kg dengan diameter cakram 180-182 mm (Roji 2006:102).
Berdasarkan uraian di atas lempar cakram adalah olahraga yang menggunakan alat yang disebut cakram, dengan berat cakram 2 kg untuk putra dan 1 kg untuk putri.
Teknik-teknik melempar cakram menurut Roji (2006:102).
1.  Cara memegang cakram yaitu siswa memegang cakram dengan buku jari, meletakkan ibu jari pada samping cakram dan menekkan pergelangan tangan agak kedalam. Beberapa variasi grip dapat terjadi (misalnya,jari tengah dan telunjuk dapat dirapatkan daripada direnggangkan.
   
Gambar 2.3   Teknik memegang cakram
(sumber: Roji, 2006:103)
2. Tahap persiapan yaitu, (a) berdiri sikap menyamping arah lemparan dan kedua kaki dibuka selebar bahu, (b) cakram dipegang dengan kedua tangan. 3.       Tahap gerakan yaitu, (a) ayunkan cakram dengan tangan kanan ke arah kanan bersamaan kedua lutut direndahkan, pandangan dan badan menggikuti arah gerak cakram, (b) ayunkan kembali cakram dengan tangan kanan ke depan atas, diikuti gerakan badan, pandangan dan lutut naik, (c) saat lengan posisi lurus serong atas lepaskan cakram dari pegangan tangan. 4. Akhir gerakan yaitu, (a) setelah cakram lepas dari pegangan tangan, gantikan posisi kaki kiri yang berada di depan dengan kaki kanan, (b) sikap kaki kiri berada di belakang, badan rileks, (c) pandangan mengikuti arah lemparan.
Gambar 2.4   Serangkaian  gerakan melempar cakram gaya menyamping dari gerakan   
          awalan sampai akhir
          (Sumber: Roji, 2006:104)



C.    Media Simpai
Secara harfiah media diartikan perantara atau pengantar. Selain itu media dapat diartikan pula sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan. (Fatah, 2004:125). Menurut Dwiyogo (2008:1)”media pembelajaran adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi”. Sedangkan menurut Santyasa (2007:3)” media adalah salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan”.
Simpai adalah lingkar atau gelang-gelang dari rotan, sedangkan yang dimaksud dengan media simpai adalah benda yang berbentuk lingkar atau gelang-gelang rotan dari kayu yang digunakan sebagai perantara komunikasi antara guru dengan murid pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Dari berbagai uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa media adalah alat atau metodik dan teknik yang digunakan sebagai perantara komunikasi antara guru dan murid dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan pengajaran di sekolah.
Mengenai fungsi media itu sendiri pada mulanya kita hanya mengenal sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yakni memberikan pengalaman visual pada anak dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkret, mudah dipahami (Fatah 2004:125).

D.    Metode Bermain
Bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan bermain sangat disukai oleh para siswa. Bermain yang dilakukan secara tertata, mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan siswa. Bermain dapat memberikan pengalaman belajar siswa yang sangat berharga untuk siswa. Pengalaman itu bisa berupa membina hubungan dengan sesame teman dan menyalurkan perasaan yang tertekan.
Furqon (2006:3) “Permainan adalah berbagai bentuk kompetisi bermain penuh yang hasilnya ditentukan oleh keterampilan fisik, strategi,atau kesempatan yang dilakukan secara perorangan atau gabungan”. Sedangkan menurut Furqon (2006:3) ”Permainan dapat didefinisikan sebagai aktivitas yang dibatasi oleh aturan-aturan yang lengkap dan terdapat suatu kontes diantara para pemain agar memperoleh hasil yang diprediksi”. Menurut Furqon (2006:3).
Meskipun permainan dapat dianggap suatu kontes, tetapi ada perbedaan-perbedaan penting di antara permainan dan kontes-kontes yang lain. Perbedaan tersebut adalah sebagi berikut: (1) Permainan berada di dalam modalitas bermain (play modality), (2) menang atau kalah merupakan kondisi yang tidak langgeng (short-lived condition) yang hanya relevan untuk permainan, (3) permainan dapat dimainkan kembali dengan awalan yang sama, (4) permainan memerlukan kerjasama di antara para pemain dalam mengikuti dan menaati peraturan yang tegas dan perilaku-perilaku bermain-permainan (game-play behaviors) yang lengkap.

Saputra (2001:6) “Bermain adalah kegiatan yang menyenangkan, kegiatan bermain sangat disukainya siswa bermain yang dilakukan secara tertata, mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan anak”. Manfaat bermain untuk perkembangan fisik adalah apabila siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan kegiatan yang melibatkan banyak gerakan tubuh, maka tubuh siswa tersebut akan menjadi sehat.
            Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode bermain adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan dengan bentuk-bentuk permainan didalamnya yang bersifat menyenangkan dan bermanfaat untuk menyehatkan tubuh..
Metode bermain yang akan digunakan oleh guru untuk meningkatkan keterampilan melempar cakram adalah sebagai berikut: (1) Siswa melakukan permainan lempar tangkap simpai melewati atas tali, (2) Siswa bermain memasukkan simpai ke tiang, (3) Siswa melakukan permainan menjatuhkan balok kardus dengan simpai.
Dari beberapa jenis permainan yang ada, dan yang telah diuraikan di atas, permainan-permainan tersebut mempunyai aturan dan cara pelaksanaan. Adapun aturan dan pelaksanaannya akan diuraikan sebagai berikut:


a.      Permainan Lempar Simpai
1.      Pelaksanaan:
Model permainan ini di ambil dari buku dan telah dimodifikasi oleh peneliti dengan prosedur pelaksanaannya yaitu; Siswa dibagi menjadi 4 kelompok, 1 tali dibuat untuk 2 kelompok, siswa mengayun dan melempar simpai dari posisi berdiri. Gerakan ini dilakukan dengan sikap permulaan: badan menghadap kearah samping kanan dengan kedua kaki di buka lebar  dari sikap ini siswa mencoba mengayunkan simpai ke arah depan atas kemudian mengayunkannya kembali ke arah belakang. Ketika simpai berada di belakang badan, siswa melakukan satu kali ayunan ke depan atas dengan kecepatan penuh kemudian melepaskan simpai. Upayakan simpai melewati atas tali.
  
Gambar 2.5   Permainan lempar simpai
 (Sumber: Roji, 2006:104)

2.      Perlengkapan:
a.  2 buah simpai berdiameter 80 cm
b.  Tali rafia
c.  4 buah tiang tinggi 2 meter
b.      Permainan memasukkan simpai ke tiang
1.      Pelaksanaan:
Model permainan ini di ambil dari buku dan telah dimodifikasi oleh peneliti dengan prosedur pelaksanaannya yaitu; Siswa dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing 2 kelompok menghadap ke 1 tiang. Mengayun dan melempar simpai dari posisi berdiri. Gerakan ini dilakukan dengan sikap permulaan: badan menghadap ke rah samping kanan dengan kedua kaki di buka lebar  dari sikap ini siswa mencoba mengayunkan simpai ke arah depan atas kemudian mengayunkannya kembali ke arah belakang. Ketika simpai berada di belakang badan, siswa melakukan satu kali ayunan ke depan atas dengan kecepatan penuh kemudian melepaskan simpai ke arah tiang dari jarak 8 meter dengan ketinggian tiang 2 meter usahakan agar simpai masuk ke tiang. Bagi kelompok yang paling banyak memasukkan simpai ke tiang maka dinyatakan menang.
Gambar 2.6     Permainan memasukkan simpai ke tiang
(Sumber: Carr.A, 2000: 227)
2.      Perlengkapan:
a.    2 buah tiang
b.    4 buah simpai berdiameter 80 cm
c.       Permainan menjatuhkan balok dengan lemparan simpai
1.      Pelaksanaan:
Model permainan ini di ambil dari buku dan telah dimodifikasi oleh peneliti dengan prosedur pelaksanaannya yaitu; Siswa dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok dituntut untuk menjatuhkan balok kardus yang diletakkan di ketinggian tertentu 2 meter dari permukaan tanah dengan jarak 8 meter, bagi kelompok yang paling banyak menjatuhkan balok kardus maka dinyatakan menang.
Gambar 2.7   Permainan menjatuhkan balok dengan lemparan simpai
 (Sumber: Suherman, 2001:238)
2.      Peralatan:
a.    Balok kardus
b.    8 Simpai berdimeter 80 cm

Senin, 26 November 2012

PERSENDIAN PADA TUBUH


PERSENDIAN PADA TUBUH

Pada prinsipnya semua hubungan tulang pada kerangka badan itu dibedakan dalam:
A      Sendi Fiborus
Sendi Fiborus adalah sendi yang berwujud tulang-tulang besambungan satu sama lain secara terus menerus.
Sendi Fiborus terdiri dari :
a)       Syndesmosis adalah sendi yangdihungkan oleh jaringan ikat.
b)     Synchondrosis adalah sendi yang dihungkan oleh jaringan tulang rawan.
c)      Synostosis adalah sendi yang dihungkan oleh jaringan tulang.
B       Sendi Synoviale
·        Persendian dimana hubungan tulangnya disini mempunyai ruang sendi yang disebut cavum articulae.
Sendi Synoviale pada umunya dapat dibeda-bedakan bagianya sebagai berikut:
a)      Ujung-ujung sendi
b)     Simpai sendi
c)      Rongga Sendi(cavum articulae)
d)     Alat-alat khusus
Alat-alat khusus ini meliputi:
1)      Ligamenta/Jaringan Ikat
Ligamenta ini sebenarnya adalah sebagian dari simpai sendi yang  menebal tetapi kemudian terpisah dari simpai itu.
2)      Disci dan minisci articulares.
Discus adalah tulang rawan yang berbentu cakram sedangkan meniscus adalah tulang rawan yang berbentuk cincin.
            Fungsi discus dan miniscuc articularis adalah:
·        Sebagai penyangga untuk menerima tumbkan atau benturan.
·        Sebagai alat penyempurnaan kecocokan bentuk caput terhadap cavitasnya.
Berdasarkan kemungkinan gerakan diarthrosis dapat dibedakan menjadi:
a)      Amhiartrosis (sendi kejur)
     Contoh dari Amhiarthrosis adalah:
·        Amhirarthrosis sacroiliaca (articulation sacroiliaca)
·        Amhirathrosis capometacarpalis atau sering disebut articulation carpometarpa /carpometacaarpalis.
b)     Articulatio (Sendi).
Berdasarkan banyak sumbu gerak sendi dibedakan:
·        Sendi Sumbu Satu yang terdiri dari:
1.      Ginglymus (Sendi Engselt
Misalnya:
-           Art. Interplangea
-           Art. Humeroulnaris
-           Art. Talocruralis
2.      Articulus Trochoideus (Sendi kisar)
Misalnya:
-           Art. Radio ulnaris
-           Art. Atlanto ephistropea
·        Sendi Sumbu Dua yang terdiri dari:
1.      Articulus Ellipsoideus (Sendi telur),
Permukaan sendinya berbentuk pelana, artinya dalam arah sumbu yang satu permukaannya itu cembung dalam yang lain cekung.
Misalnya:
-     Art. Radiocarpea dll
2.      Articulus Sellaris (Sendi pelana)
Permukaan sendinya berbentuk pelana,artinya dalam arah sumbu yang satu permukaannya itu cembung yang lain cekung.
Misalnya:
-           Art. Carpometacarpea
-           Art. Metacarpophalangea dll
·        Sendi Sumbu Tiga yang terdiri dari:
1.      Articulsris Shaeroidea (Sendi Peluru)
Gerakanya luas sekali karena cawan sendi hanya sedikit
Misalnya:
-     Art. Humeri dll
2.      Enarthrosis Sphaeroidea (Sendi buah pala)
Gerakannya kurang luas karena kepala sendi lebih dari separo masuk ke dalam cawan sendi.
Misalnya:
-     Art. Coxae

BAGIAN-BAGIAN YANG BERSENDI
1.  Persendian Rangka Bagian Atas
Rangka bagia atas disebut juga Sceleton Extermitatis superior.Sedangkan persendian yang terdapat pada bagian ini meliputi:
a)           Persendian Gelang Bahu
Persendiannya  adalah sebagai berikut:
·        Articulatio Sternoclavicularis :
-         Incisura clavicularis
-         Facies articularis sternalis
·        Articulatio acromio clavicularis :
-       Facies articularis acromii
-       Facies articularis acromialis
a)           Persendian Rangka Anggota Bebas
          Persendian ini terdiri dari:
·        Articulatio Humeri :
-       Caput Humeri
-       Cavitas Glenoidalis
·        Articulatio Cubiti
Bagian ini terdiri dari:
1)     Articulatio Humeroradialis:
-       Capitulum Humeri
-       Fovea capituli radii
2)     Articulatio Humeroulnaris :
-       Trochlea humeri
-       Incisura semiulnaris
3)     Articulatio radioulnaris proximalis :
-       Circumferentia articularis radii
-       Incisura radialis ulnae

·        Articulatio Radioulnaris Distalis
Bagian ini terdiri dari:
-       Circumferentia articularis ulnae
-       Incisura ulnaris radii
·        Articulatio Radiocarpea
Pada Articulatio Radiocarpea ini terdapat cartilago triangularis yang membentuk lekuk sendi dengan os naviculare manus, os lunatum dan os triquentum yang merupakan kepala sendi.
Bagian ini terdiri dari :
-       Facies articularis carpea radii
-       Cartilago triangularis
·        Articulatio Triquetropisiformis
Bagian ini terdiri dari:
-     Os.Triquetrum
-     Os.Pisiforme
·        Articulatio Intercarpea
Bagian ini terdiri dari:
-       Ossa carpalia proximal
-       Ossa carpalia distal
·        Articulatio Carpometarpea II-V
Bagian ini terdiri dari:
-       Ossa Metacarpalia II-V
-       Ossa Carpalia Distalis
·        Articulatio Metacarpea I
Dikarenakan simpai-simpai sangat longgar maka memberi kemungkinan gerak luas, dan juga suatu rotasi dapat berlangsung Bagian ini terdiri dari:
-       Os. Multangulum Majus
-       Os. Metacarplae I
·        Articultio Metacarpophalangea
            Bagian ini terdiri dari:
-       Capitulum Metacarpal
-       Basis Phalang I
·        Articulatio Interphalangea
Articulatio Interphalangea merupakan sendi-sendi engsel diantara ruas-ruas jari.
Bagian ini terdiri dari:
-       Trochlea Phalang Dibawahnya
-       Basis Phalang diatasnya.
2.    Persendian Rangka Bagian Bawah
Rangka bagian bawaah juga disebut Sceleton Extrimitatis Inferior Persendian yang terdapat pada pada bagian ini adalah:
a)      Persendian Gelang Panggul
          Berbeda dengan gelang bahu,gelang panggul mempunyai hubungan yang erat dengan batang badan pada articulatio Sacroiliaca.Sendi ini merupakan suatu sendi yang gerakanya sangat sedikit.
          Persendianya adalah:
·       Amphiarthrosis Sacroiliaca dibentuk oleh:
-       Facies auricularis sacralis
-       Facies auricularis iliaca
·       Symphysis Ossium pubis
-       Facies symphysis dexter
-       Facies symphyseos sinister
·      Pada tulang os.sacrum(kelangkang) juga bersendi dengan os.caudalis(tulang ekors)yaitu Articulatio Sacrococcygea.
-       Comu sacralis
-       Comu coccygea
b)     Persendian Rangka Anggota Bebas
Persendian yang ada pada rangka anggota bebas adalah:
·      Articulatio Genu (sendi lulut)
1.    Articulatio Meniscofemoralis Medialis
-       Meniscus
-       Facies Artikularis inferior condyli medialis
2.    Articulatio Meniscofemoralis lateralis
-       Meniscus
-       Facias Artikularis inferior condyli lateralis
3.    Articulatio Meniscotibialis Medialis
-       Meniscus
-       Facies Artikularis superior condyli medialis
4.    Articulatio Meniscotibialis lateralis
-       Meniscus
-       Facias Artikularis superior condyli lateralis
5.    Articulatio Femoropatellaris
-       Facies patellaris
-       Facies articularies mediale dan lateral patella
-       Facies articularis calcanea anterior
-       Facies articularis navicularis
-       Facies articularis talaris media
-       Facies articularis talaris anterior
-       Facies articularis talaris
·       Articulatio Tarsotransversa
1.    Articultio Talonavicularis
-       Facies articularis navicularis
-       Os.Naviulare bagian proximal
2.    Articulatio Calcaneocuboidea
-       Bagian Proximal pada oc.cuboideum
-       Facies articularis cuboidea calcanei
·       Articulatio Tarsometatarsea
-       Basis ossium metatarsalium I-V
-       Permukaan sendi distal ossa cunciformia I-II
-       Os.cuboideum
·       Articulatio Metatarsophalangea
-       Capitulum metatarsale
-       Basis Phalang I
            Articulatio Interphaangea
-       Trochlea phalang diatasnya
-       Basis phalang dibawahnya